Bahaya adalah nyata. Kalau kita dalam bahaya kita harus dengan segera menghindar. Kecemasan adalah ilusi. Takut akan hal yang belum terjadi. Bisa saja terjadi bisa saja tidak terjadi.
Jadi agar tidak cemas. Kita harus yakin janji Tuhan (tawakkal) yakin akan jaminan rezeki. Dan yang kedua siap dengan resiko terburuk. Siap kehilangan. Kehilangan harta, kehilangan pangkat, kehilangan wanita, kehilangan nyawa. Agar kita bisa tenang. Bahasa lainnya (ikhlas)
Yang kita lakukan adalah fokus di momen ini. Menikmat apa yang kita punya (bersyukur) dan berterima kasih.
Jadi jika memang resiko terburuk terjadi kita nggak menderita. Karena dari awal kita sudah siap, sudah ikhlas.
Dan dengan fokus berlaku Syukur di momen ini. Maka akan ber efek muncul kemungkinan resiko terbaik. Barang siapa bersyukur maka akan ditambah kenikmatannya. Barang siapa tidak bersyukur maka akan dikurangi kenikmatanya.
Jadi kesimpulannya kecemasan membuat kita selalu sial. Dan sikap bersyukur membuat kita selalu beruntung.
Jadi jika memang resiko terburuk terjadi kita nggak menderita. Karena dari awal kita sudah siap, sudah ikhlas.
Dan dengan fokus berlaku Syukur di momen ini. Maka akan ber efek muncul kemungkinan resiko terbaik. Barang siapa bersyukur maka akan ditambah kenikmatannya. Barang siapa tidak bersyukur maka akan dikurangi kenikmatanya.
Jadi kesimpulannya kecemasan membuat kita selalu sial. Dan sikap bersyukur membuat kita selalu beruntung.